21 Juli 2013

Istana Kuning, Bingka, dan Sirine

Istana Kuning, Bingka, dan Sirine
Oleh Yopi Setia Umbara

Minggu, 21 Juli 2013 pukul 11.05 WIB kami mendarat di Bandara Sultan Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah dengan selamat. Mendarat di Pangkalan Bun adalah transit sebelum melanjutkan perjalanan menuju Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau di provinsi yang sama. Dikarenakan tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta menuju Nanga Bulik maka, kami terbang dari Jakarta menuju Pangkalan Bun terlebih Dahulu.

Tujuan dari perjalanan ini sendiri adalah dalam rangka liputan pelantikan Bupati Kabupaten Lamandau di Nanga Bulik. Namun, karena pelantikan dilaksanakan pada keesokan harinya (Senin, 22 Juli 2013). Maka, kami memilih istirahat sekaligus menikmati suasana kota Pangkalan Bun.

Setelah urusan klaim bagasi selesai di bandara. Kami menumpang taksi lalu bergegas ke pusat kota Pangkalan Bun menuju sebuah hotel atas saran sopir taksi. Hotel Abadi di Jalan Pangeran Antasari menjadi pilihan tanpa melihat kondisi kelaikan hotel terlebih dahulu. Lantaran, hotel ini cukup baik menurut sang sopir taksi.

Singkat cerita kami dibagi kunci kamar. Rupanya hotel tersebut baru selesai tahap renovasi. Masih banyak bekas cat di lantai, kaleng cat, lantai kamar yang rasanya berdebu, dan lain-lain. Mau keluar dan pilih hotel lain sudah tanggung. Akhirnya ikhlas dengan kondisi hotel seadanya.

Waktu Dzuhur tiba. Kami menunaikan shalat Dzuhur di sebuah masjid yang terletak di sebelah barat hotel. Di Masjid Nurul Huda. Selesai shalat Dzuhur kami kembali ke hotel untuk istirahat, niis di hotel kembali. Sebelum istirahat di kamar masing-masing, kami sepakat untuk jalan-jalan sore sambil ngabuburit menunggu waktu buka puasa.

Tengah hari di Pangkalan Bun sangat terik, panasnya matahari seperti menusuk kepala. Setidaknya bagi kami yang tak terbiasa dengan cuaca kota ini.

Sore yang dinanti tiba. Tidak jauh-jauh kami jalan-jalan. Hanya menyusur sepanjang ruas Jalan Pangeran Antasari. Atas rekomendasi teman saya Panji Irfan seorang guru partikeli di Kabupaten Seruyan dan cukup tahu banyak kota Pangkalan Bun, tadinya kami ingin menengok Istana Kuning yang terletak di sebelah Lapangan Tugu Kota Pangkalan Bun.


Namun, kami terlalu sore ke Istana Kuning. Jadwal kunjungan ke Istana Kuning hanya diperkenankan hingga pukul 16.00. sedangkan kami sampai di tempat itu sudah hampir jam 17.00.

Cukup kecewa sebenarnya. Kami hanya bisa melihat Istana Kuning dari luar pagar yang tertutup rapat. Padahal istana tersebut sangat menarik untuk dikunjugi. Istana Kuning itu merupakan saksi sejarah Kesultanan Kotawaringin yang sempat berjaya pada tahun 1800-an. Tapi, jangan mencari bangunan berwarna kuning di komplek istana tersebut. Lantaran bangunan itu sendiri dominan warna coklat kayu.

Tidak jadi memasuki areal Istana Kuning kami mengalihkan perhatian terhadap keramaian di Lapangan Tugu. Di lapangan tersebut sedang diadakan Pasar Ramadhan. Seperti umumnya Pasar Ramadhan, di sini juga menyajikan beragam kuliner khas Ramadhan. Khusus untuk Pangkalan Bun yang menjadi jajanan juaranya barangkali adalah bingka.

Kueh bingka tersebut adalah jajanan yang paling menarik perhatian saya. Bentuknya seperti bunga matahari. Sayang, saya tidak sempat membelinya. Walaupun begitu, saya beruntung sempat mengabadikannya secara langsung dalam bentuk foto.

Menjelang adzan Maghrib yang artinya waktu berbuka puasa. Kami menantikan tepat di dekat Tugu Kota Pangkalan Bun yang terdapat di tengah-tengah lapangan tersebut. Selain kami banyak juga pengunjung lainnya. Bahkan, ada pasangan turis bule yang juga menyempatkan diri untuk beristirahat dan menikmati panganan khas Pangakal Bun di sekita lapangan tersebut.

Menariknya ketika waktu buka puasa tiba, bukan hanya kumandang adzan Maghrib yang menjadi tanda di kota ini. Tetapi juga ditandai dengan bunyi sirine.

Usai takjil di Lapangan Tugu dan shalat maghrib di masjid terdekat dengan lapangan itu kami mencari tempat makan. Teman saya ingin makan nasi padang. Tetapi, di sepanjang Jalan Pangeran Antasari kami tidak menemukannya. Akhirnya kami makan malam dengan menu yang lain.

Selesai itu kami kembali ke hotel lalu bersiap menuju perjalanan selanjutnya menuju Nanga Bulik yang rencananya akan dilakukan setelah sahur keesokan harinya. Perjalanan Pangkalan Bun menju Lamandau diperkirakan membutuhkan waktu tempuh 3-4 jam.

Sayang sekali kami hanya sesaat di kota yang dikenal dengan slogan Manis tersebut. Padahal kami belum sempat mengunjungi Istana Kuning dan tempat-tempat menarik lainnya. Semoga di lain waktu ada kesempatan untuk mengunjungi lagi kota ini.

Pangkalan Bun, 21 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar