25 Oktober 2013

Jangan Main-main dengan Kutang



Jangan Main-main dengan Kutang
Oleh Yopi Setia Umbara

Pada Mimbar Freedom “Satu Nusa Satu Bangsat Two £anguange$” yang digelar  Freedom Institute (Kamis, 24 Oktober2013), Remy Sylado tampil dengan balutan kemeja safari putih, celana putih, dan sepatu berwarna putih. Ia menjinjing sebuah koper yang juga berwarna putih. Koper tersebut ternyata berisi naskah ceramah.

Remy Sylado ketika ceramah di Mimbar Freedom (foto: YSU)
Sejurus kemudian Remy berdiri di mimbar lantas menyampaikan ceramah kepada hadirin yang memenuhi ruang serbaguna Freedom Institute di Wisma Proklamasi, Jalan Proklamasi No. 41, Jakarta. Naskah ceramah yang ditulisnya dengan menggunakan mesin tik itu adalah mengenai bahasa Indonesia dari jaman ke jaman.

Pada ceramahnya di Mimbar Freedom, Remy menyoroti mengenai hilangnya rasa kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Terutama ketika, “meng-Inggris-Inggriskan segala hal,” kata Remy. Fenomena itu pernah mendapat perhatian pula dari Presiden Republik Indonesia pertama.

Pada 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno pernah menyampaikan pidato mengenai perkara ini dengan tajuk ”Penemuan Kembali Revolusi Kita.” Pada pidato itu muncul istilah ngak ngik ngok yang digunakan Soekarno terhadap hal-hal yang berbau Inggris-Amerika, baik untuk musik maupun penggunaan bahasa. Lucunya, “pada saat itu presiden (Soekarno, penulis) menegaskan pidatonya dengan menggunakan bahasa Inggris The Revolution of Our Discovery,” kata Remy.

Remy juga mengajak para hadirin yang menyimak ceramahnya pada malam itu untuk mengingat kosa kata warisan Belanda. Menurutnya, pada jaman Orde Lama banyak kosa kata peninggalan Belanda diganti dengan istilah-istilah Inggris yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. “Penyerapan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia itu tidak masalah, tapi sebaiknya dilafalkan sesuai dengan cara orang Indonesia,” tegas Remy.

Banyak penggunaan istilah bahasa Inggris di tempat umum yang menurut Remy tidak tepat. Salahsatu contoh yang sering kita lihat adalah penggunaan tanda masuk dan keluar. Jika di negara aslinya digunakan entrance untuk masuk dan exit untuk keluar, di Indonesia kebanyakan menggunakan in dan out. Apalagi di Ibukota negeri ini, Remy melihat begitu marak istilah Inggris, seperti busway, underpass, Jakarta Outer Ring Road (JORR), dan lain-lain.

Khusus untuk istilah JORR Remy berkelakar tentang seorang nenek-nenek dari Jawa yang datang ke Jakarta. “Oleh nenek-nenek tersebut, kepanjang JORR menjadi Jalan Ora Rampung-rampung,” canda Remy. Bisa jadi, itu merupakan cara jeprut Remy mengkritik tentang penggunaan istilah yang sok Inggris di ruang publik negeri ini juga mengenai pembangunan jalan di jakarta yang tidak selesai-selesai.

Remy juga tidak luput menceritakan kembali mengenai istilah “Kutang” yang awalnya populer dengan sebutan “BH” (Breast Holder) kemudian menjadi “Bra”. Istilah kutang itu sendiri berasal dari cerita mengenai pembuatan Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan. Adalah seorang Don Lopez biang keroknya. Don Lopez melihat seorang perempuan bertelanjang dada, lantas ia menyuruh perempuan itu menutup dadanya dengan selembar kain.

Coutant, coutant,” kata Don Lopez kepada perempuan tersebut. Maksudnya tutup benda berharga milikmu (dada perempuan). Dari situlah kemudian istilah kutang muncul, karena lidah orang Indonesia sulit melafalkan kata coutant yang berasal dari bahasa Perancis. “Jadi kutang itu benda berharga, jangan main-masin sama kutang,” cerita Remy tentang kutang tersebut disambut tawa para hadirin. Cerita ini dapat juga dibaca dalam novelnya yang berjudul Novel Pangeran Dipenogoro, Menggagas Ratu Adil (2007).

Tapi, meskipun begitu banyak kata serapan bahasa asing dalam bahasa Indonesia serta para pemimpin yang kerap menyusupkan istilah Inggris ketika tampil di televisi dan sebagainya, rupanya masih ada yang bisa diteladani untuk penggunaan bahasa Indonesia. “Hanya Penyair yang paling tertib berbahasa Indonesia. Penyair teladan bahasa Indonesia yang atas,” ujar Remy yang pada tahun ini menerbitkan buku terbarunya Kamus Isme-Isme (2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar