12 Mei 2013

Catatan Lomba Cipta Cerpen dan Puisi FLS2N 2013 Kota Bandung


Menuju Mistral dan Neruda
Oleh Yopi Setia Umbara

Jika melihat antusiasme siswa yang mengikuti Lomba Cipta Cerpen dan Puisi FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siwa Nasional) 2013 tingkat SMP Kota Bandung, tersirat potensi luar biasa bagi perkembangan dunia kepenulisan di masa depan. Setidaknya, kreativitas menulis karya sastra terus berlangsung dengan penuh semangat di lingkungan sekolah.

Gabriela Mistral dan Pablo Neruda (1954)
http://pablo-neruda2-france.blogspot.com
Walau bagaimana pun, siswa tingkat SMP dengan segala kepolosannya tentu memiliki potensi yang istimewa dibanding dengan mahasiswa sekali pun. Apa yang mereka butuhkan tidak lain adalah pengarahan dan bimbingan. Pengarahan dan bimbingan yang riang agar siswa mendapatkan kesenangan dengan kegiatan menulis.

Siapa kira-kira yang mampu dan mesti melakukan pengarahan itu? Jawabannya tentu mudah diterka. Mereka adalah Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

Maksud saya, paling tidak Guru Bahasa Indonesia di setiap sekolah memiliki intensitas pertemuan cukup banyak dengan siswa mereka yang memiliki potensi dalam bidang sastra. Mereka dapat mengetahui siswa mana yang sekiranya bisa diarahkan dan dibimbing untuk menulis karya sastra. Mereka juga mesti berani mengatakan bahwa menulis karya sastra sama pentingnya dengan kegiatan kreatif lain.

Barangkali bisa jadi hal yang menantang bagi Guru Bahasa Indonesia untuk mampu membagi waktu kegiatan pembelajaran dengan meluangkan waktu mengarahkan dan membimbing siswa menulis karya sastra. Butuh energi dan sedikit kegilaan. Sebab, bagi Guru yang normatif pasti sangat sulit melakukannya.

Dalam hal ini, selain membagi waktu tentu saja gairah bersastra Guru Bahasa Indonesia sangat diuji. Sejauh mana kecintaan mereka terhadap sastra, terutama sastra Indonesia. Sejauh mana wawasan mereka tentang sastra Indonesia. Sederhananya, seberapa sering mereka mengapresiasi karya sastra Indonesia, apakah itu puisi, prosa, atau drama.

Idealnya Guru Bahasa Indonesia yang mengarahkan dan membimbing siswa untuk menulis karya sastra adalah mereka yang menulis. Sehingga siswa memiliki teladan. 

Apabila mengingat Pablo Neruda, penyair Cili, ia menulis puisi sejak remaja. Kebetulan ia memiliki Guru Bahasa Spanyol yang juga menulis puisi. Guru tersebut adalah Gabriela Mistral. Guru Bahasa Spanyol Neruda ini mendapatkan penghargaan Nobel bidang sastra pada tahun 1945. Dua puluh enam tahun kemudian atau pada tahun 1971 giliran Neruda yang mendapatkan penghargaan yang cukup prestisius di dunia untuk bidang sastra itu.

Namun, tidak mesti sesaklek Mistral dan Neruda memang. Jika, Guru Bahasa Indonesia memiliki apresiasi yang baik terhadap karya sastra, mereka pasti mampu menuju apa yang dilakukan Mistral dan Neruda. Minimal, mereka bisa menunjukan mana karya sastra yang sesuai dibaca oleh siswa. Atau, jika ada karya sastra yang mengandung wawasan yang belum terjangkau oleh siswa, mereka dapat menjelaskannya.

Pada Lomba Cipta Cerpen dan Puisi FLS2N 2013 tingkat SMP Kota Bandung  yang dilaksanakan pada 11 Mei 2013 adalah kesempatan pertama saya  sebagai juri untuk Kota Bandung. Saya diduetkan dengan Eriyandi Budiman. Sebelumnya, saya mendapatkan kepercayaan pada FLS2N tingkat SMP Kabupaten Serang 2012 bersama Indriawan Surya Priyatna dan Idham Hamdani

FLS2N merupakan ajang unjuk keterampilan siswa dalam bidang kesenian. FLS2N telah diadakan sejak tahun 2005 di bawah pengarahan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bandung, 12 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar